Tuhan Punya Takdir, Manusia Punya Nuklir (1) | Diterangkan Menerangkan Diterangkan Menerangkan: Tuhan Punya Takdir, Manusia Punya Nuklir (1)
Contact Us:

If You Have Any Problem, Wanna Help, Wanna Write Guest Post, Find Any Error Or Want To Give Us Feedback, Just Feel Free To Contact Us. We Will Reply You Soon.

Name: *


Email: *

Message: *


LiveZilla Live Help

Thursday, September 4, 2014

Tuhan Punya Takdir, Manusia Punya Nuklir (1)


(Bagian Pertama dari Beberapa Tulisan)

Benar-benar bukan tugas saya untuk menulis analisis terhadap konflik yang berlangsung di sekitar Laut Hitam. Seorang aparat sipil sebuah negara besar namun kecil, jelas jauh dari kepantasan untuk menimbang, misalnya, seorang Putin, seorang Obama, atau seorang Poroshenko. Pengalaman menjadi korban fitnah, sebagaimana yang sedang dirasakan Rusia, dan pengalaman menjadi pihak yang dibodohi sehingga menjadi umpan, sebagaimana yang diperankan Ukraina, mau tidak mau, muncul menjadi sebuah kepedulian dalam bentuk yang paling sederhana: tulisan. Dan persetan dengan segala ketidakpantasan.

Problem Bahasa dan Blokade Informasi
Berpuluh tahun, tidak ada yang mempersoalkan mengapa mesti bahasa Inggris yang disepakati menjadi Bahasa Internasional. Sebuah kesepakatan yang kemudian menjadikan bahasa Inggris sebagai sebuah materi dalam kurikulum sekolah. Alhasil, hampir semua orang nonInggris yang pernah bersekolah minimal tingkat menengah pertama, mengerti bahasa Inggris. Hasil yang lain, hampir semua orang nonInggris, tidak mengerti bahasa yang lain, bahasa Arab misalnya (sebuah bahasa yang mestinya dimengerti oleh seluruh orang yang mengaku Islam karena dalam bahasa itulah Tuhan berdialog dengan mereka), atau bahasa Rusia.

Amerika Serikat, sebagai istana kedua Dajjal setelah Inggris, mendapatkan keuntungan besar dari mendunianya bahasa Inggris. Tidak banyaknya perbedaan antara bahasa Inggris dengan bahasa Amerika Serikat, dengan atau tanpa paksaan, membuat hampir seluruh orang di dunia hanya akan bisa mendapatkan informasi Internasional dari media-media berbahasa Inggris yang hampir seluruhnya dimiliki oleh Sindikat Piramida Satu Dollar (pengamat konspirasi menyebutnya Illuminati) yang dalam bidang politik saat ini diwakili oleh Pemerintah Amerika Serikat.

Orang NU, jika memiliki media, pasti akan memberikan informasi tentang betapa baik dan benarnya NU. Sikap serupa pun pasti akan dilakukan oleh orang-orang atau lembaga-lembaga “penggenggam kebaikan dan kebenaran” yang lain. Contoh yang paling dekat bisa dilihat pada betapa lucunya media proJokowi dan media proPrabowo dalam menjajakan kebaikan dan kebenaran masing-masing. Pemerintah Amerika Serikat pun sama. Media-media yang menjadi corong informasi, separuh berisi “kebaikan dan kebenaran” Amerika Serikat, dan separuh berisi “keburukan dan kesalahan” Iraq, Iran, Al-Qaeda, Libya, Venezuela, Syria, dan terakhir Rusia.

Berita “Rusia mengirim ribuan pasukan ke perbatasan Ukraina”, “Rusia bertanggungjawab terhadap tragedi MH17”, bahkan berita yang sepintas tidak janggal “Putin-Poroshenko menyepakati gencatan senjata”, wajar jika membuat Menteri Luar negeri Rusia sampai berteriak, “Jika ingin mendapatkan informasi yang benar, tonton juga televisi Rusia!”

“Rusia mengirim ribuan pasukan ke perbatasan Ukraina” dan “Rusia bertanggungjawab terhadap tragedi MH17” jelas sebuah informasi yang butuh bukti. Namun begitu saja kita percaya kepada berita itu meskipun sama sekali tidak ada bukti valid dan konkrit tentang itu. Sedangkan “Putin-Poroshenko menyepakati gencatan senjata”, sedikit perlu diurai: siapakah yang sesungguhnya sedang berperang, Pemerintah Ukraina vs Pemerintah Rusia ataukah Pemerintah Ukraina vs Rakyat Ukraina sendiri yang terpaksa memberontak karena tidak terima dengan Pemerintah baru yang tidak menghormati hak-hak rakyatnya sendiri?

Iraq dan Syria, sebagai zona teror yang diciptakan Amerika Serikat di wilayah lain, juga disiasati serupa. Kedekatan Syiah Iraq yang menjadi pengganti Saddam Husein dengan Pemerintah Iran, menjadi ancaman tersendiri bagi Pemerintah Amerika Serikat yang tampaknya kurang diperhitungkan sebelumnya. Sementara di sebelahnya, kebuntuan siasat nyikut nyilih tangan dalam rangka menggulingkan Bashar Asad, membuat Pemerintah Amerika Serikat setuju terhadap tawaran Israel: menciptakan “negara boneka” bernama ISIS, sebuah “kekhalifahan Islam” dengan Khalifah made in Mossad.

Di luar dugaan, lahirnya ISIS membuat posisi Amerika Serikat semakin rumit. Benar-benar lupa atau memang sudah demikian skenarionya, Amerika Serikat seakan menutup mata terhadap peristiwa kapal USS Liberty: sebuah tragedi ciptaan Israel dengan misi menghasut Amerika Serikat supaya memerangi Mesir.

Posisi Amerika Serikat semakin rumit. Maka diperlukan sebuah berita mengharukan: “Jurnalis Amerika Serikat dipenggal ISIS”. James Fooley, jurnalis yang sudah mati tahun kemarin, tiba-tiba tahun ini hidup lagi demi merelakan kepalanya dipenggal. Setelah itu, di negeri Amerika Serikat sendiri, sebuah survey digelar. Hasilnya: separuh rakyat Amerika Serikat tidak setuju terhadap invasi Amerika Serikat atas Syria. Separuh yang lain setuju asal Obama, Romney, dan pejabat-pejabat Amerika Serikat yang proinvasi sendiri yang pergi berperang ke Syria. Hasil survey yang jauh lebih mengharukan dari berita pemenggalan James Fooley. Maka diperlukan sebuah repetisi: “Jurnalis Amerika Serikat kedua dipenggal ISIS”.

Kasus Ukraina, MH17, ISIS, dan James Fooley, adalah sedikit dari contoh kasus yang menunjukkan bahwa keterbatasan penguasaan kita terhadap bahasa asing selain bahasa Inggris berjasa besar membantu Sindikat Piramida Satu Dollar dalam upaya mereka memblokade informasi yang benar sehingga informasi yang kita punya sekarang hanya tiga: 1. Inggris, Amerika Serikat, dan Israel (beserta segala “dagangan” yang mereka jajakan [di antaranya bernama demokrasi dan hak asasi manusia]) pasti dan selalu baik dan benar; 2. Rusia adalah Uni Soviet, Uni Soviet adalah Komunis, Komunis adalah PKI, PKI adalah G30S, G30S adalah Lubang Buaya; 3. ISIS adalah Khilafah, Khilafah adalah Islam, Islam adalah teroris, teroris adalah Amrozi, Amrozi adalah bom Bali.

Tiga informasi yang, sayangnya, ketiga-tiganya terlanjur tertanam, berakar, dan tumbuh besar dalam alam pikiran kita tanpa pernah kita sadari. Tiga informasi yang kita sangka “pohon jati”, padahal cuma “semak belukar”.

Padangan, 4 September 2014
Like the Post? Share with your Friends:-

Faishal Himawan
Posted By: RuangTerang

0 comments:

POST A COMMENT

Contact Us

Name

Email *

Message *

 
Copyright © . RuangTerang. Powered by Allah swt.
Designed by :-Way2themes